KILOMETER NOL : KAPAL KM GURITA TENGGELAM, AKIBAT SABOTASE
KILOMETER NOL REPUBLIK INDONESIA, SABANG-NANGGROE ACEH DARUSSALAM
JAKARTA 2 MARET 2008
KAPAL KM GURITA TENGGELAM, AKIBAT SABOTASE
| |
(RACHMAD YULIADI NASIR, rbacakoran at yahoo dot com) INDEPENDENT-Sabang, Banda Aceh - Musibah terbesar sepanjang tahun 1996 terjadi di Teluk Balohan, Sabang. Kapal Motor Penumpang (KMP) Gurita yang mengangkut 378 penumpang, tenggelam ke dasar laut. Dari jumlah penumpang itu, 40 orang dapat diselamatkan, 54 ditemukan tewas dan 284 orang di nyatakan hilang bersama-sama dengan KMP Gurita yang tidak berhasil di angkat dari dasar laut. KMP Gurita merupakan alat transportasi utama yang menghubungkan pelabuhan Malahayati, Banda Aceh dan pulau Sabang. Penyebab kapal feri itu tenggelam karena kelebihan muatan. Kapasitas angkutnya hanya untuk sekitar 210 orang. Namun yang diangkut sebanyak 378 orang. Disabotase Kapal KM. Gurita tersebut tenggelam karena di sabotase, perebutan kekuasaan antara sipil dan militer. Oktober 1995, pemilihan Walikota Sabang, calon Sekda Sabang TM Yusuf SH versus kandidat militer Kol(inf) Bustari Mansyur. Walikota sebelumnya Kol(inf)Sulaiman Ibrahim tidak berkenan TM Yusuf maju untuk pilkada, akhirnya TM Yusuf, SH. Kehilangan istri beserta anak-anaknya, akibat tenggelam kapal gurita ini. Juga kandidat Walikota Sabang Drs M Nasir dan istri, era 80-an, pemilihan pilkada, calon Drs M Yusuf Walad, MBA. Beliau adik kandung mantan Gubernur Aceh (Prof Dr Muzakir Walad, memimpin sebagai Gubernur Aceh dua periode, 1968-1973 dan 1973-1978). Hasil pilkada yaitu Drs M Yusuf Walad sebanyak 13 suara, dan Drs M Nasir sebanyak 7 suara. Pada 19 Januari 1996, Jumat malam kejadian tersebut, jabatan terakhir Drs M. Nasir adalah Asistan II Walikota Sabang. Tapi media massa, baik cetak maupun elektronik tidak berani memberitakan hal tersebut. Berita terbaru, tepatnya lima hari kejadian tsunami Aceh, dini hari jam 01:00 WIB tanggal 1 Januari 2005, di daerah Menteng, saat acara renungan doa akhir tahun, mantan Gubernur Aceh yang berkuasa saat terjadi musibah KMP Gurita. Prof Dr Syamsuddin Mahmud (periode 1993 - 1998 serta 1998 - 2000), bertemu dengan putra almarhum Drs M Nasir. Ia terkejut dan tidak mengetahui bahwa Asisten II walikota Sabang, DRS.M.Nasir dan Istri ikut tenggelam juga. Ini karena laporan anak buahnya yang tidak memberikan data yang akurat dan menyembunyikan informasi. Perlu diketahui oleh khalayak sejagat, bahwa Wakil Gubernur Aceh saat itu adalah seorang Brigjen (Inf)Zainuddin AG. sebagai Ketua Tim Bakornas. Gurita tenggelam 19 Januari 1996 Jumat malam. Pencarian kapal berlangsung mulai malam tersebut, sabtu(20/1) dan minggu(21/1). Sejak Senin (22/1) bertepatan awal Ramadhan, pencarian dihentikan, karena Minggu (21/1) malam, ada pertemuan rahasia antara istri mantan Walikota Sabang, Ratna Sulaiman Ibrahim dengan putra Asisten II Walikota Sabang, Drs M Nasir, di kawasan Blang Oi, Banda Aceh. Ia hanya mengecek berita, apakah Drs M Nasir, benar telah tenggelam beserta istri, tapi tidak satupun anaknya yang ikut. (POSISI masing-masing saat kejadian : Nurlina Nasir di Banda Aceh; Rachmad Yuliadi Nasir di Lhokseumawe; Jamal Akhmad Syaufi Nasir di Sabang). Malam kejadian 19 januari 1996, di Sabang; tepatnya orang-orang kantor Walikota Sabang menganggap Rachmad Yuliadi Nasir sudah mati (ikut kapal). Sore Sabtu 20 januari 1996 jam 18.00, dari telepon Sabang ke Banda Aceh, langsung bicara antara adik dengan abangnya memperoleh kabar kami dalam keadaan selamat di Banda Aceh. Adik juga tidak percaya malam jam 23.30 saat menelpon ke Banda Aceh dengan Lina, jangan-jangan tadi malam yang bicara bukan Lina kakaknya, tetapi orang lain. Sore hari Sabtu(19/01) itu baru lega perasaan adik, bahwa kami sudah berkumpul bersama di Banda Aceh. Sabotase Pertama Sebelumnya, Januari 1981, sabotase pertama, Drs M Nasir, beserta rombongan dari seluruh daerah Aceh dan Sumatra Utara, mengadakan penataran di Medan, saat liburan rombongan berangkat ke danau Toba, tetapi terjadi kecelakaan bus, rombongan banyak yang terluka, termasuk Drs M Nasir, kaki kiri luka parah, tertusuk besi kursi. Akhirnya dirawat di rumah sakit Medan selama 3 bulan serta hampir saja diamputasi kaki kirinya. Walaupun tidak jadi diamputasi, kaki tersebut selama hidupnya selalu membuat masalah luka permanen, kadang bernanah, membiru, gatal-gatal merah, membuat sakit sekujur tubuh. Dengan tenggelam kapal KM.Gurita Ini, berakhirlah penderitaan selama hidup Asisten II Walikota Sabang Drs.M Nasir. |
Mabes Polri
Kepala Divisi Humas Polri
Irjen POL.Drs.Sisno Adiwinoto,M.M
jl.Trunojoyo No.3, Kebayoran Baru,Jakarta Selatan
Telp(021)721.8089/739.8025
fax (021)726.0208
Hp 0818.172.500
Atau pakar hukum media
Media Law offices
Media law for media industry
Hinca IP Panjaitan,SH,MH,ACCS (Advokat)
Plaza Budi daya 20Fl, R 19
Jl.Imam Bonjol No.61, Jakarta Pusat
Telp(021)3983.8743/3983.7410/8378.6288
Facs(021)3983.8744/3983.7411/8378.6289
Mobile Faxc: 0811.144.667/0811.144.671
Mobile : 0811.143.196/0817.904.4622
www.halamansatu.net, link berita nasional tanggal 10 Februari 2007.
www.halamansatu.net/index.php?option=com_content&task=view&id=349&itemid=50
RACHMAD YULIADI NASIR
www.news-independent.blogspot.com
KILOMETER NOL : WALIKOTA SABANG MENINGGAL SECARA MISTERIUS
KILOMETER NOL REPUBLIK INDONESIA, SABANG-NANGGROE ACEH DARUSSALAM
DARI SISI SEBELAH KIRI TUGU KILOMETER NOL REPUBLIK INDONESIA TERLIHAT PEMANDANGAN KE ARAH SAMUDERA HINDIA, DARI KEJAUHAN TERLIHAT PULAU BREUEH.
KILOMETER NOL : SUASANA PEMAKAMAN SOEHARTO
KILOMETER NOL REPUBLIK INDONESIA, SABANG-NANGGROE ACEH DARUSSALAM
DARI SISI SEBELAH KIRI TUGU KILOMETER NOL REPUBLIK INDONESIA TERLIHAT PEMANDANGAN KE ARAH SAMUDERA HINDIA, DARI KEJAUHAN TERLIHAT PULAU BREUEH.
Makam mantan Presiden Soeharto ramai dikunjungi para peziarah di Astana Giribangun, Karanganyar, Jawa Tengah, sejak Selasa (29/1) lalu. Kondisi makam yang rata dengan permukaan tanah menjadi ciri khas tersendiri di makam Pak Harto.
Habibie: Pak Harto Hanya Mau Ditemui Secara Batin
Mantan Presiden RI, Bacharudin Jusuf Habibie, mengungkapkan bahwa pertemuan terakhirnya dengan mantan Presiden Soeharto terjadi pada tanggal 21 Mei 1998 atau saat Soeharto menyatakan lengser (mengundurkan diri). Namun, setelah itu hingga akhir hayatnya, Soeharto tidak memperbolehkannya lagi bertemu secara fisik.
''Kamu tidak boleh bertemu dengan saya. Laksanakan tugasmu sebaik mungkin. Saya yakin kamu bisa,'' kata Habibie mengutip perkataan Soeharto di Washington DC, Selasa (29/1) malam.
Kutipan tersebut disampaikan Habibie untuk menjawab pertanyaan ketika melakukan tatap muka dengan masyarakat Indonesia di Washington. Seorang peserta pertemuan memintanya agar bercerita tentang kenangan yang diingatnya tentang Soeharto yang telah wafat pada Ahad (27/1) lalu.
Habibie mengatakan Soeharto adalah sosok senior yang sangat dihormatinya. Menurut dia penolakan bertemu itu sebagai sikap yang menginginkan agar dirinya dapat melaksanakan tugas sebagai presiden tanpa harus tergantung pada Soeharto.
''Tetapi saya menuntut untuk bertemu karena ingin minta masukan tentang berbagai masalah pelik yang harus saya hadapi pada saat yang bersamaan. Tetapi beliau mengatakan; Tidak! Kita bertemu secara batin saja,'' ujar teknokrat yang sempat bertugas sebagai Presiden RI selama 17 bulan itu.
Selain tidak hanya sulit bertemu secara fisik, Habibie juga mengaku semenjak lengser dirinya tidak lagi dapat berbicara langsung dengan Soeharto. ''Terakhir saya berbicara dengan Pak Harto lewat telepon. Tanggalnya ya 9 Juni 1998 atau satu hari setelah beliau ulang tahun,'' ujarnya.
Dalam acara itu, kendati tak terlalu kentara, BJ Habibie sempat menyiratkan penyesalannya tidak sempat bertemu dengan Soeharto sebelum pemimpin Orde Baru itu menghembuskan nafas terakhir dan menghadiri pemakaman. Ketika Soeharto wafat, ujar Habibie, ia baru tiba di Washington dan tidak memungkinkan bagi dirinya untuk kembali ke Indonesia.
''Minggu siang saya telepon (Jakarta), dan tanya bagaimana keadaan Pak Harto? Saya diberi tahu, membaik. Alhamdulillah. Tetapi kemudian paginya saya diberi tahu, Pak Harto sudah tidak ada. Mau kembali, tidak memungkinkan,'' katanya.
Habibie berada di Washington antara lain untuk memenuhi undangan Usindo (Masyarakat Indonesia-Amerika) dan bertemu dengan beberapa rekannya yang pernah bertugas sebagai duta besar Amerika Serikat untuk Indonesia.
Pada 15 Januari 2008, ujar Habibie, ia dan istrinya, mantan ibu negara Ainun Habibie, sempat menengok Soeharto di RS Pusat Pertamina. Ia bercerita, dirinya berangkat dari Jerman pada 14 Januari karena mendengar Soeharto dalam keadaan yang sangat kritis.
''Karena mendadak, saya sempat tidak dapat tiket. Waktu itu pesawat Lufthansa sudah tidak ada tempat. Tiket untuk ekonomi habis. Bisnis pun habis. Tetapi saya beruntung. Saya telepon Dirut Lufthansa, ternyata beliau dapat mengusahakan. Akhirnya bisa juga saya ke Indonesia,'' ujarnya. Setibanya di Jakarta setelah terbang selama 20 jam, Habibie dan keluarga langsung menuju RS Pertamina, namun sayang tidak dapat mendekati Soeharto.
''Dokter menjelaskan kenapa Pak Harto tidak bisa didekati. Akhirnya kami berdoa untuk beliau, yang jaraknya sekitar tiga meter. Memang hanya tiga meter, tetapi (sayang) tidak bisa ketemu,'' ujarnya.
Tentang wafatnya Soeharto, Habibie mengajak masyarakat untuk mendoakan Soeharto, termasuk mendoakan pengampunan bagi kesalahan yang pernah dibuat Soeharto.
''Kita sebagai manusia yang berbudaya, hanya bisa memanjatkan doa. Tidak ada orang yang sempurna,'' katanya.
KILOMETER NOL :PEMAKAMAN MANTAN PRESIDEN SOEHARTO
KILOMETER NOL REPUBLIK INDONESIA, SABANG-NANGGROE ACEH DARUSSALAM
DARI SISI SEBELAH KIRI TUGU KILOMETER NOL REPUBLIK INDONESIA TERLIHAT PEMANDANGAN KE ARAH SAMUDERA HINDIA, DARI KEJAUHAN TERLIHAT PULAU BREUEH.
JAKARTA 28 JANUARI 2008
Sambutan Pemakaman Almarhum Jenderal Besar TNI (Purn) Haji Muhammad Soeharto
Karanganyar, 28 Januari 2008
Bismillahirrahmanirrahim,
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Salam sejahtera untuk kita semua.
Hadirin sekalian yang saya muliakan.
Segenap rakyat Indonesia di manapun berada,
Innalillahi wa inna ilaihi rojiuun. Dengan penuh rasa duka yang amat dalam, pada hari ini, kita semua, seluruh rakyat Indonesia berkabung atas wafatnya Jenderal Besar TNI (Purn) Haji Muhammad Soeharto, Presiden Republik Indonesia ke-2. Almarhum telah berpulang ke rahmatullah dengan tenang, pada hari Minggu, tanggal 27 Januari 2008, pukul 13.10 WIB di Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP) Jakarta.
Kita telah kehilangan salah seorang putera terbaik bangsa, seorang pejuang setia, prajurit sejati, dan seorang negarawan terhormat.
Kita hadir di sini, di Pemakaman Keluarga Astana Giribangun, Karanganyar, untuk memberikan penghormatan terakhir melalui upacara kenegaraan. Upacara ini kita selenggarakan sebagai bentuk penghormatan dan penghargaan dari negara dan pemerintah atas jasa, dharma bakti, serta pengabdian almarhum kepada negara dan bangsa semasa hidupnya.
Kita sama-sama mengetahui, almarhum, yang dilahirkan di Yogyakarta pada tanggal 8 Juni 1921, sepanjang hayatnya diabdikan untuk bangsa dan negara. Almarhum telah menapaki perjalanan panjang di dalam karir militer, politik dan pemerintahan. Sejarah mencatat, ketika terjadi Revolusi Fisik pada tahun 1945-1949, Almarhum aktif berjuang mengusir penjajah untuk menegakkan dan mempertahankan kedaulatan bangsa dan negara, yang masih berusia muda. Sejarah juga mencatat sebuah perjuangan yang paling monumental, yaitu ketika Almarhum bersama para pejuang lainnya melakukan “Serangan Umum 1 Maret” Tahun 1949 dan berhasil menduduki kota Yogyakarta. Peristiwa penting itu memberikan bobot dan kekuatan tersendiri pada diplomasi kita, yang berujung pada pengakuan kedaulatan Republik Indonesia.
Pasca revolusi fisik, yaitu pada tahun 1962, ketika bangsa ini tengah memperjuangkan Pembebasan Irian Barat, almarhum kembali memenuhi panggilan negara untuk menunaikan tugas mulia sebagai Panglima Komando Mandala. Sejarahpun telah mengabadikan peristiwa besar ini sebagai paduan dari upaya diplomasi dan militer yang berhasil.
Pada tahun 1965, ketika bangsa kita kembali diuji oleh peristiwa G30-S PKI, almarhum kembali tampil mengemban tugas untuk menyelamatkan keutuhan negara, keutuhan bangsa serta melaksanakan pemulihan keamanan dan ketertiban.
Pada masa pemerintahan almarhum yaitu sejak diangkat sebagai Presiden Republik Indonesia pada tanggal 27 Maret 1968, Almarhum secara gigih memimpin pembangunan nasional, yang bertumpu pada Trilogi Pembangunan yaitu stabilitas, pertumbuhan dan pemerataan. Sejumlah prestasi dan keberhasilan telah dicapai oleh pemerintahan yang Almarhum pimpin, yang pada hakikatnya mengantarkan bangsa Indonesia setapak demi setapak menjadi bangsa yang makin maju dan makin sejahtera.
Hadirin yang saya muliakan,
Dengan jujur dan hati yang bersih kita patut mengakui begitu banyak jasa yang telah almarhum berikan pada bangsa dan negara. Namun kita juga menyadari bahwa sebagai manusia biasa dan juga layaknya seorang pemimpin, almarhum tentulah tidak luput dari kekhilafan dan kekurangan. Tidak ada manusia, umat hamba Allah yang sempurna di dunia ini. Untuk itu, marilah kita sebagai bangsa yang berjiwa besar, dengan tulus mengucapkan terima kasih serta memberikan penghormatan dan peng-hargaan yang tinggi atas dharma bhakti dan pengabdian almarhum pada bangsa dan negara.
Pada kesempatan yang penting ini, saya juga mengajak seluruh rakyat Indonesia untuk mendoakan almarhum, semoga di tempatkan di sisi Tuhan Yang Maha Kuasa, Allah SWT sesuai dengan perjuangan, pengorbanan dan amal ibadahnya. Kepada keluarga almarhum yang ditinggalkan, kita mendoakan semoga Allah SWT senantiasa memberikan ketabahan dan kesabaran, serta dapat menerima kepergian almarhum dengan ikhlas dan tawakal.
Akhirnya, dengan memohon ridho Allah SWT, marilah kita lepas kepergian almarhum menghadap Sang Khaliq, dengan tenang. Marilah pula kita panjatkan doa, semoga Allah SWT menerima amal ibadahnya dan mengampuni segala dosa-dosanya. Selamat jalan Bapak Pembangunan, semoga berada dengan tenang di sisi Allah SWT.
Terima kasih
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Karanganyar, 28 Januari 2008
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
28 Januari 2008 |
Presiden SBY mengantar jenazah mantan presiden Soeharto, di pemakaman Astana Giribangun, Karanganyar, Jawa Tengah, Senin (28/1) siang. |
28 Januari 2008 |
Presiden SBY mengantarkan jenazah mantan presiden Soeharto, di pemakaman Astana Giribangun, Karanganyar, Jawa Tengah, Senin (28/1) siang. |
28 Januari 2008 |
Presiden SBY melakukan penimbanan tanah ke liang lahat, pada pemakaman mantan presiden Soeharto, di Astana Giribangun, Karanganyar, Jawa Tengah, Senin (28/1) siang. |
28 Januari 2008 |
Presiden SBY meletakkan karangan bunga di makam mantan presiden Soeharto, di Astana Giribangun, Karanganyar, Jawa Tengah, Senin (28/1) siang. |
28 Januari 2008 |
Presiden SBY meletakkan karangan bunga di makam mantan presiden Soeharto, di Astana Giribangun, Karanganyar, Jawa Tengah, Senin (28/1) siang. |
28 Januari 2008 |
Presiden SBY menyerahkan bendera Merah Putih kepada Siti Hardiyanti mewakili keluarga, usai pemakaman mantan presiden Soeharto, di Astana Giribangun, Karanganyar, Jawa Tengah, Senin (28/1) siang. |
28 Januari 2008 |
Presiden SBY meletakkan karangan bunga di makam mantan presiden Soeharto, di Astana Giribangun, Karanganyar, Jawa Tengah, Senin (28/1) siang. |
28 Januari 2008 |
Presiden SBY menyerahkan bendera Merah Putih kepada Siti Hardiyanti mewakili keluarga, usai pemakaman mantan presiden Soeharto, di Astana Giribangun, Karanganyar, Jawa Tengah, Senin (28/1) siang. |
28 Januari 2008 | ||
Presiden SBY sebagai Inspektur Upacara pada pemakaman mantan presiden Soeharto, di Astana Giribangun, Karanganyar, Jawa Tengah, Senin (28/1) siang.
|
28 Januari 2008 |
Presiden SBY melakukan penimbanan tanah ke liang lahat, pada pemakaman mantan presiden Soeharto, di Astana Giribangun, Karanganyar, Jawa Tengah, Senin (28/1) siang. |
28 Januari 2008 |
Presiden SBY menyerahkan bendera Merah Putih kepada Siti Hardiyanti mewakili keluarga, usai pemakaman mantan presiden Soeharto, di Astana Giribangun, Karanganyar, Jawa Tengah, Senin (28/1) siang.
|
Keterangan Foto: Presiden SBY meletakkan karangan bunga di makam mantan presiden Soeharto, di Astana Giribangun, Karanganyar, Jawa Tengah, Senin (28/1) siang.
Soeharto, mantan Presiden RI, sudah dimakamkan di Astana Giribangun, Karanganyar, Jawa Tengah, Senin (28/1) siang. Almarhum dimakamkan bersanding dengan Ibu Tien Soeharto yang meninggal 28 April 1996. Presiden SBY bertindak sebagai Inspektur Upacara pada pemakaman Pak Harto yang meninggal Minggu (27/1) pukul 13.10 di Rumah Sakit Pusat Pertamina, Jakarta.
Presiden sebagai Irup dalam sambutannya mengatakan bahwa bangsa Indonesia telah kehilangan salah seorang putera terbaik bangsa , seorang pejuang setia, prajurit sejati, dan seorang negarawan terhormat."Upacara ini kita selenggarakan sebagai bentuk penghormatan dan penghargaan dari negara dan pemerintah atas jasa , dharma bakti serta pengabdian almarhum kepada negara dan bangsa semasa hidupnya," ujar Presiden.
Soeharto lahir di Desa Kemusuk, Argomulyo, Godean, Yogyakarta, tanggal 8 Juni 1921. Kedua orang tuanya, Kertosoediro dan Sukirah adalah keluarga petani biasa yang hidup sederhana. Alamarhum meninggalkan enam putra-putri, masing-masing Siti Hardijanti Hastuti, Sigit Harjojudanto, Bambang Trihatmodjo, Siti Hediati Harijadi, Hutomo Mandala Putra dan Siti Hutami Endang Adiningsih.
Presiden SBY melakukan penimbunan tanah ke liang lahat, pada pemakaman mantan presiden Soeharto, di Astana Giribangun, Karanganyar, Jawa Tengah, Senin (28/1) siang.
HM Soeharto, mantan Presiden RI, dimakamkan di Astana Giribangun, Karanganyar, Jawa Tengah, Senin (28/1) siang. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bertindak sebagai Inspektur Upacara. Jenasah almarhum dimakamkan tepat di samping makam Ibu Tien Soeharto.
Upacara pemakaman diawali laporan Komandan Upacara, Kolonel Inf Asep Subarkah, kepada Inspektur Upacara. Selanjutnya Sekretaris Militer, Mayjen TNI Bambang Soetedjo membacakan riwayat hidup almarhum, dan pembacaan Apel Persada oleh Inspektur Upacara, disusul tembakan salvo satu kali mengiringi penurunan jenasah ke liang lahat. Kemudian dilakukan tabur bunga dimulai dari keluarga, sementara Presiden SBY selaku Irup melakukan penimbunan liang lahat, dan terakhir pembacaan doa.
Usai prosesi pemakaman, Irup dalam sambutannya mengatakan bahwa bangsa Indonesia telah kehilangan salah seorang putera terbaik bangsa , seorang pejuang setia, prajurit sejati, dan seorang negarawan terhormat."Kita hadir di sini, di pemakaman keluarga Astana Giri Bangun, Karanganyar ini untuk memberikan penghormatan terakhir melalui upacara kenegaraan. Upacara ini kita selenggarakan sebagai bentuk penghormatan dan penghargaan dari negara dan pemerintah atas jasa , dharma bakti serta pengabdian almarhum kepada negara dan bangsa semasa hidupnya," ujar Presiden.
Sementara itu, Siti Hardiyanti Rukmana mewakili keluarga menyampaikan penghargaan yang tinggi kepada semua pihak atas segala perhatian dan bantuannya hingga almarhum dimakamkan. "Kami sadar biar bagaimanapun almarhum H. Mohammad Soeharto adalah manusia biasa yang memiliki kelebihan dan kekurangan, dan tidak luput dari kesalahan. Oleh karena itu harapan kami jika almarhum telah melakukan kebaikan maka kiranya Allah menambahkan kebaikannya, dan apabila pernah berbuat salah maka kiranya Allah mengampuninya. Dan kami juga mohon kiranya bapak-bapak dan ibu-iabu sekalian berkenan memaafkan kesalahan dan kekhilafan almarhum," kata Tutut.
Tampak hadir dalam upacara pemakaman mantan presiden kedua ini, antara lain Wakil Presiden M.jusuf Kalla dan Ibu Mufidah Kalla, Ketua DPD Ginandjar Kartasasmita, Wakil Ketua DPD Aksa Mahmud, Menteri Kabinet Indonesia Bersatu,Wantimpres, beberapa Duta Besar negara sahabat, para pejabat negara, pimpinan TNI dan Polri, serta Mantan Pangab Jenderal (purn) Wiranto dan mantan Ketua DPR-RI, Akbar Tanjung.
PRESIDEN Tiba Kembali dari Solo
Setelah menghadiri pemakaman Pak Harto di Astana Giribangun, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono didampingi Ibu Negara dan rombongan, hari Senin (28/1) pukul 16.30 WIB mendarat kembali di Lanud Halim Perdana Kusuma, Jakarta.
Sebelumnya, Presiden SBY dan Wakil Presiden Jusuf Kalla seusai menghadiri pemakaman Almarhum Soeharto itu, sempat singgah sejenak di rumah dinas Bupati Karanganyar, Rina Iriani, sambil menunggu anggota rombongan lain belum datang. Beberapa saat kemudian Presiden beserta rombongan meluncur ke Bandara Adi Sumarmo, untuk selanjutnya dengan menggunakan pesawat Boeing 737-500 milik Garuda terbang kembali ke Jakarta.
Beberapa menteri yang mengikuti pemakaman mantan presiden Soeharto antara lain Menko Perekonomian Boediono, Menko Kesra Aburizal Bakrie, Mensesneg Hatta Rajasa, Seskab Sudi Silalahi, Mendagri Mardiyanto, Menteri ESDM Purnomo Yusgihantoro, Menteri Perindustrian Fahmi Idris, Menhub Jusman Syafii Djamal, Menkes Siti Fadilah Supari, Ketua Wantimpres Ali Alatas, Emil Salim, Panglima TNI Djoko Santoso, KASAL Laksamana TNI Sumardjono, Ketua BPK Anwar Nasuton, serta dua Jubir Presiden Andi Mallarangeng dan Dino Patti Djalal.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menjadi inspektur upacara pemakaman di pemakaman keluarga di Astana Giribangun di Karang Anyar, di dekat kota Solo.
Keluarga mantan presiden ini malam ini mengadakan doa bersama setelah upacara pemakaman kenegaraan dilangsungkan Senin siang.
Suharto, yang memerintah Indonesia selama 32 tahun dianggap sebagai pemimpin yang berhasil membangun Indonesia dan membawanya keluar dari kemiskinan.
Namun masa pemerintahan Suharto sarat dengan tuduhan korupsi, gaya pemerintahan yang represif dan pelanggaran hak azazi manusia berat.
Ratusan ribu orang yang dituduh sebagai pendukung Partai Komunis Indonesia (PKI) tewas sewaktu Suharto naik ke tampuk kekuasaan pada tahun 1966.
Suharto melepaskan jabatan setelah pemerintahnya dirongrong oleh aksi protes massa pada tahun 1998 dan dalam beberapa tahun terakhir ini, mantan jenderal itu menderita gangguan kesehatan, yang menjadi salah satu alasan mengapa dia tidak pernah dihadapkan ke pengadilan.
Pemakaman kenegaraan
Pada Senin pagi, jenazah mantan penguasa Orde Baru itu diterbangkan dari ibukota Jakarta ke Solo, Jawa Tengah.
SUHARTO Lahir di Kemusuk, Juni 1921 Meraih kekuasaan tahun 1965 setelah menumpas PKI Resmi menjabat sebagai presiden Maret 1967 Program pembangunan di tahun 1970-1980an memperbaiki standar kehidupan Menduduki Timor Timur akhir 1975 Krisis moneter Asia tahun 1990an mengguncang ekonomi Indonesia Lonjakan harga dan ketidakpuasan rakyat mendorong Suharto untuk mundur pada Mei 1998 Hakim memutuskan Suharto tidak cukup sehat untuk diadili dalam kasus korupsi tahun 2000 |
Prajurit dari empat angkatan mengusung peti jenazah mantan presiden kedua Indonesia itu sewaktu dibawa keluar dari kediamannya di Jalan Cendana untuk diterbangkan ke Solo.
Puluhan ribu warga masyarakat siang tadi berbondong-bondong menyaksikan prosesi pemakaman Suharto di Astana Giribangun, sekitar 35 kilometer sebelah timur-laut Solo, Jawa Tengah.
Jalan-jalan menuju lokasi pemakaman penuh sesak dengan orang-orang yang datang berjalan kaki, mengendarai sepeda motor maupun mobil serta angkutan lainnya.
Presiden Yudhoyono memulai upacara pemakaman kenegaraan di kompleks makam keluarga Suharto di Astana Giribangun, tidak lama setelah pukul 12.00 WIB.
"Upacara ini menunjukkan penghormatan bangsa dan negara atas jasa-jasa dan pengabdian almarhum," kata Presiden. "Seorang pejuang yang setia, prajurit yang sejati serta seorang negarawan yang terhormat."
Setelah pembacaan doa, para pelayat menaburkan bunga di makam Suharto.
Mantan presiden itu dimakamkan disamping istrinya, Siti Hartinah atau Ibu Tien, yang meninggal dunia pada tahun 1996.
Para pemimpin dari sekitar kawasan Asia Tenggara menghadiri pemakaman Suharto, termasuk Presiden Timor Leste Xanana Gusmao, wilayah yang direbut dan diduduki Indonesia di bawah pemerintahan Suharto sebelum mendapat kemerdekaan pada tahun 2002.
Dihormati dan dibenci
Suharto dibawa ke rumah sakit pada tanggal 4 Januari karena menderita gangguan pada jantung, paru-paru dan ginjal.
Suharto memerintah Indonesia selama 32 tahun |
Setelah selama tiga minggu kondisinya tidak menentu, pada hari Minggu (27/01), Suharto jatuh ke dalam koma dan wafat pada pukul 13.10 WIB, dengan dikelilingi oleh enam orang anaknya.
Reaksi atas kematiannya menunjukkan bahwa Suharto adalah tokoh yang dihargai tetapi juga dibenci, kata para wartawan.
Dutabesar AS di Jakarta, Cameron Hume, memuji Suharto sebagai "tokoh bersejarah" yang "berhasil mencapai pembangunan ekonomi yang menakjubkan", tetapi dia menambahkan bahwa "warisannya mungkin dibayangi oleh sejumlah kontroversi".
Mantan Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Mohamad, mengatakan baginya Suharto adalah "pemimpin yang hebat dan... seorang negarawan internasional", teman Malaysia dan sahabat pribadi.
Tetapi bagi lawan-lawan politik mantan presiden ini, kematiannya berarti peluang bagi proses peradilan tertutup rapat.
"Kematiannya adalah sebuah tragedi bagi semua korban kejahatannya, mereka tidak akan pernah mendapat keadilan," kata Budiman Sudjatmiko, mantan pegiat mahasiswa yang dulu dipenjara pada masa kekuasaan Suharto.
Brad Adams, direktur Asia kelompok Human Rights Watch yang berkantor pusat di New York, mengatakan Suharto "seorang diktator lain yang menghabiskan sisa hidupnya dalam kemewahan dan lolos dari jerat hukum".
Mantan Presiden Suharto yang wafat pada usia 86 tahun dimakamkan dalam upacara kenegaraan di Astana Giribangun, Karang Anyar, Jawa Tengah.
Prajurit dari empat angkatan mengusung peti jenazah mantan presiden yang memerintah Indonesia 32 tahun.
Ribuan orang memadati jalan di Jakarta untuk menyaksikan konvoi yang membawa peti jenazah Suharto ke Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma.
Bagi banyak orang di Indonesia, pemerintahan Suharto - yang dikenal sebagai "bapak pembangunan" - membawa banyak kemajuan dan modernisasi.
Beberapa orang menitikkan air mata - tetapi tidak semua menangisi kepergian Suharto. Sekitar setengah juta orang tewas dalam penumpasan PKI tahun 1960an.
Setelah prosesi dari kediaman di Jalan Cendana, jenazah Suharto diterbangkan ke Solo untuk dimakamkan di kompleks makam keluarga.
Di saat pesawat yang membawa jenazah meninggalkan Lanud Halim, para pelayat melambaikan tangan untuk menyampaikan selamat jalan terakhir.
Di Solo, ribuan orang menyambut kedatangan jenazah mantan presiden Suharto di bandar.
Suharto dimakamkan di kompleks makam keluarga di Astana Giribangun, di samping makam mendiang Ibu Tien, yang wafat pada tahun 1996.
Keluarga termasuk putra Suharto, Hutomo Mandala Putra dan Bambang Trihatmojo mendampingi peti jenazah ayah mereka.
INDEPENDENT
www.news-independent.blogspot.com