Sunday, March 2, 2008

RUMAH SAKIT HARUS MERAWAT PASIEN GIZI BURUK

JAKARTA 2 MARET 2008

(RACHMAD YULIADI NASIR, rbacakoran at yahoo dot com)

BERITA FOTO-INDEPENDENT





Aco (4) seorang penderita diare dan kelaparan didampingi saudara dirawat di RS. Haji Makassar, Sabtu (1/3). Korban dirawat akibat kekurangan cairan dan gizi karena tiga hari tidak makan menyusul kondisi ekonomi orang tuanya yang tidak mampu, bahkan ibu dan kakaknya, Bahir (5), meninggal dunia sehari sebelumnya, Jumat (29/2) akibat kelaparan.


JAKARTA 2 MARET 2008

http://www.kabblitar.go.id/berita/file/Kurang%20Gizi.jpg

RUMAH SAKIT HARUS MERAWAT PASIEN GIZI BURUK

(RACHMAD YULIADI NASIR, rbacakoran at yahoo dot com)
INDEPENDENT-Malnutrisi atau lebih dikenal dengan gizi buruk saat ini sudah sangat memperhatinkan. Untuk itulah, FKUI mengadakan The 3rd International Symposium 2008, sabtu (23/2) di jakarta, dengan thema ”Metabolism & Clinical Nutrition”.
FKUI bekerja sama dengan universite Joseph Fourier Prancis membahas symposium ini dengan harapan dapat memberikan masukan tentang pengetahuan terkini dari dasar medis atas penemuan terbaru di bidang nutrisi serta di bahas oleh para pakar yang ahli dibidangnya masing-masing. Dari Universite Joseph Fourier prancis hadir prof.Xavier Leverde,MD.PhD.
Ekses dari krisis ekonomi dan politik tahun 1997-1998, menyebabkan Indonesia masuk dalam garis hitam Dunia. Selama ini sering di ukur dari berat menurut tinggi, padahal banyak anak di Indonesia berukuran pendek-pendek.Di RSCM sendiri menurut data tahun 2001 terdapat 28,80% yang kekurangan gizi, tahun 2006 sudah agak menurun menjadi 22,70%.
Resiko terbesar gizi buruk di Rumah sakit yang di alami pasien adalah status fungsional, akses untuk mendapatkan makan serta kurang perhatian dari paramedis dan dokter.
Program pencegahan dengan suplemen bergizi (kalori tinggi), snack di antara menu utama, pemberian susu formula, vitamin dan mineral.
Permasalahan gizi buruk harus di atasi dengan segera, perlu di buat program jangka panjang, peningkatan kapasitas kerja, dan penderita gizi buruk harus di rawat.
Data WHO menunjukan 55% penderita gizi buruk penyebab kematian di Dunia. RSCM sendiri saat ini melakukan tindakan: fase stabilitas 1-2/3-7 hari, fase transisi minggu 2, fase rehabilitasi minggu 3-6, fase follow up minggu 7-26. Program ini sekarang dalam tahap perancangan, tahun depan baru berjalan.Gambarannya, bila seorang anak sudah dapat tertawa itu tandanya ia sudah sembuh, ujar dr.Sri Nasar.
Angka kemiskinan semakin tinggi, perlu tindakan untuk pencegahan, Malnutrisi di rumah sakit makin banyak, pasien tidak mampu sekarang tidak bisa dirawat. Pasien kadang tidak bisa beli cairan infus,rumah sakit hanya dapat memberi tahu tempe, itupun kini harga kedelai sudah melambung tinggi, jadi serba salah. Hal ini dapat di temui di beberapa Negara berkembang, ujar dr.Marcellus.
Bila pasien berobat mereka berhak untuk mengetahui hak-hak mereka sebagai seorang pasien.
Hak pasien bila bertemu dokter:Ia diperiksa penyakitnya apa untuk penanganan selanjutnya, perlu pengobatan seperti apa, perlu dirawat atau tidak.Pada perawatan pasien perlu asupan makanan. Di RSCM hanya bisa diberikan makanan dan aktivitas secukupnya, tidak kurang atau berlebihan. Pasien tidak perlu di beri obat, cukup nutrisi yang lengkap sudah memadai, ujar dr. Damayanti.
Pada bayi asupan gizi yang terbaik adalah dengan pemberian ASI ibu selama dua tahun. Pemberian ASI sebenarnya adalah proses pengenalan awal makanan padat dari ibu kepada anaknya. Karena berbagai makanan yang dimakan oleh ibu di transfer ke anak dalam bentuk ASI. Si Ibu makan rendang, gado-gado dan lainnya, anak turut menikmatinya.ASI perlu diperhatikan kapan si anak lapar atau sudah kenyang dapat di lihat dari perilakunya. Bila lapar ia nangis, sedangkan bila sudah kenyang ia akan menokah di beri ASI (mengeleng kepala/buang muka-jaim) atau menatap tajam.
Bila bayi bisa berbicara ia akan berkata “NO More-No More, Mom”, ujar dr. Aryono hendarto.
ASI memang yang terbaik, bila di asumsi harga susu bayi Rp50.000/500 gram, untuk dua minggu, jadi dalam sebulan ANDA harus keluar uang sebesar Rp100.000. Biaya dalam setahun Rp1.200.000. Konsumsi susu bayi dalam dua tahun keluar uang sebesar Rp2.400.000. Kesimpulannya Pemberian ASI dari Ibu kepada bayinya dapat menghemat Rp.2.400.000 dalam dua tahun.