Thursday, March 13, 2008

Penanganan kasus BLBI
















JAKARTA 13 MARET 2008

Penanganan kasus BLBI

(RACHMAD YULIADI NASIR,rbacakoran at yahoo dot com)
INDEPENDENT
-Pemerintah membentuk tim lagi untuk menangani kasus Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI). Namun, dari empat tujuan pembentukan tim tersebut, tak ada hal baru dan tak menggambarkan aspirasi masyarakat. Padahal, inilah yang diinginkan masyarakat: kembalikan Rp 600 triliun uang rakyat yang digondol para konglomerat busuk itu serta penjarakan mereka dan para pejabat yang menerima suap dari mereka! Mulai dari politisi DPR, pejabat BPPN, aparat kepolisian, aparat kejaksaan, pejabat Bank Indonesia, sejumlah menteri kabinet, hingga petinggi pemerintahan lainnya.

Apa yang dilakukan pemerintah saat ini ataupun tiga pemerintahan sebelumnya hanyalah memberikan gula-gula dan harapan palsu pada publik. Tujuannya cuma satu, "Wahai rakyat, kami telah berbuat dan beginilah hasilnya. Jadi percayalah pada kami, dukung kami, dan pilihlah kami pada pemilu mendatang."

Para konglomerat busuk tersebut tak hanya menyeret Indonesia ke dalam krisis 1997, tapi juga mengeruk dana yang mengucur dari bantuan internasional ataupun dari kas negara. Tak heran, jika Indonesia tak bisa cepat bangkit, seperti Malaysia, Korea, ataupun Thailand. Perubahan rezim juga berakibat pada transisi berkepanjangan karena negeri ini kehabisan uang kontan. Hal itu berbeda dengan Rusia, yang dananya tak lari ke mana-mana. Maka, negeri itu cepat pulih begitu mendapat pemimpin yang tepat seperti Vladimir Putin. Siapa pun presiden yang terpilih di Indonesia akan dihadapkan pada fakta nyata ini: tak ada uang untuk membangun dan defisit anggaran yang terus-menerus.

Isu BLBI pun terus dipersempit hanya pada BLBI semata. Padahal, rakyat tak hanya melihat itu, tapi juga dana rekapitalisasi dan dana penjaminan. Bahwa, publik memberi nama hanya pada BLBI tak lebih hanya untuk menyederhanakan. Kini, para petinggi negeri terus mengutak-atik bahwa dana BLBI yang belum kembali cuma beberapa triliun saja. Jadi, tak ada artinya toh untuk terus dikejar? Begitulah argumentasi yang coba dimunculkan. Maka, dijembrenglah sejumlah langkah penyelesaian di luar pengadilan: MSAA, MRNIA, dan PKPS-APU. Percayakah kita bahwa di sana telah berlangsung proses yang benar? Tanpa suap, tanpa tipu-tipu, dan tanpa segala muslihat lainnya? Siapa yang percaya karena dana Rp 600 triliun kini tiba-tiba hanya tersisa beberapa triliun dan uang yang kembali ke kas negara hanya sedikit sekali.

Tapi, lihatlah para konglomerat yang bikin bangkrut Indonesia: hartanya berlimpah, investasi di berbagai negeri, dan pesta mewah di Singapura. Begitu pula dengan kemewahan para pejabat yang pernah bersentuhan dengan kasus BLBI.

Jadi, seperti nasihat para cerdik pandai: fokus pada hasil. Apa pun langkah pemerintah, jika hasilnya hanya sedikit uang yang kembali ke kas negara, semuanya pun hanya gula-gula belaka. Sejatinya adalah di sana itu ada kolusi dan korupsi. Tak heran, jika kita akan terus menyaksikan kelaparan di mana-mana, kemiskinan terus mendera, pengangguran terus membesar, dan bencana bersusulan. Karena mereka inilah yang harus menanggung pengembalian dana Rp 600 triliun tersebut.

Kadang, kita rindu pada revolusi dan pergantian generasi. Karena para petinggi negeri saat ini sudah teracuni dana BLBI. Namun, itu adalah suara putus asa. Kita lebih baik menciptakan dunia sendiri sambil menunggu mereka tua dan pergi. Setelah itu, kita bangun Indonesia yang bersih dan berkeadilan agar kasus serupa tak terjadi lagi. Maka, tak ada lagi falsafah mikul dhuwur mendhem jero. Kita buka lagi arsip MSAA, MRNIA, dan PKPS-APU sambil menghitung kekayaan para pejabatnya saat itu dengan pembuktian terbalik. Mungkin, anak-anak dan cucunya yang akan malu, tapi itu lebih baik daripada kita membiarkan warisan sejarah yang bau dan busuk.


Jangan BugilVisit Indonesia 2008
RACHMAD YULIADI NASIR
Bank Muamalat Indonesia (BMI)Arthaloka : 913-22775-99
www.news-independent.blogspot.com

www.halamansatu.net/index.php?option=com_content&task=view&id=349&itemid=50
Jangan BugilVisit Indonesia 2008

Jangan BugilVisit Indonesia 2008
RACHMAD YULIADI NASIR
Bank Muamalat Indonesia (BMI)Arthaloka : 913-22775-99
www.news-independent.blogspot.com

www.halamansatu.net/index.php?option=com_content&task=view&id=349&itemid=50
Jangan BugilVisit Indonesia 2008