Tuesday, February 26, 2008

25 FEBRUARI 2008

JAKARTA 25 FEBRUARI 2008

BI belum Ketahui Kerugian akibat Pembobolan Kartu Kredit


(RACHMAD YULIADI NASIR, rbacakoran at yahoo dot com)
INDEPENDENT-
Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI)Miranda S. Goeltom mengatakan, pihaknya belum mengetahui berapa jumlah kerugian akibat pembobolan kartu kredit oleh sindikat internasional.

"Belum (tahu)," kata Miranda ketika ditanya wartawan kerugian yang dialami perbankan akibat kasus tersebut seusasi rapat kerja dengan DPR di Jakarta, Senin (25/2).

Beberapa pekan lalu Mabes Polri berhasil menangkap dan mengungkap sindikat internasional kartu kredit. Dan disinyalir mereka mampu membobol kartu kredit hingga miliaran rupiah.

Untuk itu, Miranda mengatakan agar perbankan lebih berhati-hati dan mempercepat perubahan dari kartu jenis magnetik ke kartu chip.

"Walaupun Peraturan BI memberi batas waktu hingga 2010, kita minta agar perubahan itu dipercepat, karena hinggga saat ini belum semua bank menggunakan jenis chip. Ini memang ada biayanya," kata Miranda.

Sementara itu Deputi Direktur Akunting dan Sistem Pembayaran BI, GF Sri Suparni mengatakan, pihak Asosiasi Kartu Kredit Indonesia (AKKI) yang kompeten menghitung kerugian kasus tersebut.

"Teman-teman AKKI menghitung sendiri bukan dari BI. Saya belum tahu AKKI sudah menghitung atau belum, karena prosesnya lama," katanya.

Menurut dia, kerugian tidak hanya dialami oleh banknya saja karena dalam penyelenggaraannya melibatkan pihak lain.
Ketika ditanya mengapa kasus penipuan itu terjadi, Sri Suparni mengatakan, masing-masing penyelenggara tengah melakukan penelitian.

"Meskipun kelihatannya gede, tapi tidak semua digunakan. Yang sudah digunakan sekitar empat ribuan. Tapi kalau yang jutaan kemarin masih nama-nama yang masuk ke komputer mareka tapi belum dikeluarkan kartunya," katanya.

Menurut dia, untuk mengantisipasi terjadinya kasus serupa, BI akan mengidentifikasi dan mengevaluasi letak kelemahan masing-masing penyelenggara.

"Saat ini memang sudah ada bank yang sudah siap namun butuh waktu untuk memigrasi datanya," katanya.

Ia menyebutkan, terdapat empat hingga lima bank penyelenggara kartu kredit lama yang memicu timbulnya kredit macet kartu kredit (NPL) di tanah air.

"Kalau bank lain tidak begitu tinggi, mereka sekitar empat persen. Di empat bank itu NPL lama numpuk," katanya.

Ketika ditanya bank apa saja, Sri mengatakan, pihaknya tidak boleh menyebut nama yang jelas ada bank yang menumpuk tagihan sampai lama sehingga NPL kartu kredit meningkat.

Sementara itu Ketua Umum AKKI, Dodit Probojakti mengatakan, berita yang menyebutkan adanya 7,2 juta kartu kredit palsu merupakan jumlah seluruh dunia, bukan di Indonesia.

"Dari jumlah itu, yang sementara ditemukan di Indonesia sekitar 2 juta tapi itu juga masih diidentifikasi apakah banknya di Indonesia atau di luar Indonesia," katanya.

AKKI juga belum mengetahui berapa besar jumlah kerugian akibat kasus itu. "Dari dua juta itu, kami belum memegang datanya dari bank apa aja. Yang jadi konsentrasi kami sekarang adalah meminimalisir risiko. Caranya penerbit itu mengganti kartu-kartunya ke jenis chip. Juga proaktif menelpon costumer, apalagi account number nasabah sama dengan tersangka," katanya.


www.news-independent.blogspot.com