Sunday, January 27, 2008

26 JANUARI 2008

JAKARTA 26 JANUARI 2008

2.700 WNI Dideportasi dari Arab Saudi

Sedikitnya 2.700 warga Negara Indonesia dideportasi dari Arab Saudi yang 267 di antaranya dipulangkan dengan pesawat Garuda Indonesia Boeing 747-400 bersama-sama dengan rombongan Wakil Presiden Jusuf Kalla.

Wapres dengan Ibu Mufidah Kalla tiba di Bandara Soekarno Hatta, Jumat, setelah menunaikan ibadah umroh dan menyaksikan prosesi pencucian Kabah.

Sebelumnya tidak ada jadwal pasti deportasi WNI itu, namun kunjungan Wapres ke Arab Saudi mempercepat kepulangan para TKI dan jemaah umroh yang melewati batas izin tinggal (overstay) karena menunggu ibadah haji.

?Saya senang bisa cepat dipulangkan dan satu pesawat dengan Bapak Jusuf Kalla. Kalau tidak, saya bisa stres dan gila," kata Nasitoh, tenaga kerja wanita asal Sukabumi, yang melarikan diri dari majikan yang tak membayar gajinya selama satu tahun.

Jusuf Kalla bersama Sekretaris Ditjen Imigrasi Muhammad Indra menemui para TKI dan TKW di tempat duduk mereka di dalam pesawat. Dengan sabar Kalla menyalami dan mendengarkan semua keluhan mereka.

Menurut Nasitoh, lebih dari 600 orang WNI diamankan petugas imigrasi dan kepolisian Arab Saudi di sebuah tempat penampungan warga asing yang bermasalah.

Sebagian di antaranya ada yang tidak tahan, menjadi linglung dan gila. Mereka rindu kepada keluarga, suami dan anak-anak di kampong halaman, sementara tidak jelas kapan dipulangkan dan tidak punya uang.

"Majikan brengsek. Jadi saya pulang hanya bawa kantong kresek," kata Rina, TKW asal Jawa Timur yang pulang ke Tanah Air tanpa membawa uang hasil jerih payahnya mengurus orang jompo dan sejumlah cucunya. Rina kabur karena tidak tahan dengan pelecehan seksual atau "sexual harassment" oleh majikannya.

"Saya takut sama majikan laki-laki saya. Suka jorok dan kejar-kejar saya," kata Rina dengan raut muka tampak malu-malu. Oleh karena kabur dari rumah majikan, tentu saja Rina tidak mendapatkan gaji yang semestinya dia dapatkan dari hasil kerjanya. Sementara paspornya ditahan pihak majikan. Setiap bulan ia seharusnya menerima gaji sekitar 800 real atau Rp 2 juta.

"Beruntung saya bisa melapor ke KBRI Riyadh sehingga dibantu proses kepulangan saya," katanya .

Overstay
Sedangkan nenek Misnah asal Lombok Barat dideportasi karena overstay. Ia melakukan kunjungan umroh namun tidak pulang saat visa umrohnya habis. Misnah tetap di Mekkah untuk menunaikan ibadah haji. Ia dibantu seseorang selama "masa menunggu haji", sebelum menyerahkan diri kepada aparat yang berwajib untuk dipulangkan.

Terharu dengan cerita para TKI dan TKW yang ditemuinya, Kalla merogoh kantongnya. Wapres kemudian mengeluarkan lembaran dolar dan ia bagikan ke sejumlah TKW yang beruntung.

Misnah yang berumur sekitar 60 tahun tampak gembira. Ia menengadahkan kedua tangannya dan mengucapkan syukur Alhamdullilah. "Terima kasih Bapak Wapres. Tapi uang ini berapa dan ditukar dimana," kata nya katanya dengan lugu.

Ketika dijawab nilainya hampir Rp1 juta dan bisa ditukar di Bandara Soekarno-Hatta begitu pesawat mendarat, nenek Misnah kembali mengucapkan syukur dan mencium uang dolar bergambar Benyamin Franklin itu.

Ia tampak meneteskan air mata bahagia. Tidak menyangka diberi sangu oleh orang nomor dua di Indonesia yang selama ini hanya bisa dilihat di televisi. Berulang kali nenek Misnah berterima kasih dan mengusap-usap tangan Kalla.

Kalla merasa prihatin dan simpati kepada nasib para TKI dan TKW itu. Wapres meminta agar sistem pengiriman tenaga kerja Indonesia diperbaiki serta perlindungannya di luar negeri ditingkatkan.

Sementara itu, Sekretaris Ditjen Imigrasi Muhammad Indra melaporkan sekitar 2.700 warga Indonesia dideportasi sebelum dan sesudah musim haji tahun lalu.

Mereka dipulangkan karena telah melebihi batas waktu atau tertangkap dalam sebuah operasi tidak memiliki paspor. Tapi ada juga WNI yang sengaja melapor ke aparat setempat bahwa mereka telah overstay. Deportasi dilakukan atas biaya pemerintah Arab Saudi.

Indra mengatakan di masa depan sistem pengiriman TKI dan TKW harus diperbaiki dengan mewajibkan konsul-konsul jenderal dan KBRI diberi tahu akan keberadaan mereka dan bekerja dimana serta pada siapa.

Dengan cara itu, majikan tidak akan sembarangan memperlakukan para pekerja Indonesia karena legal dan dilindungi secara hukum.

"Kalau sekarang banyak yang tidak dilaporkan ke perwakilan RI. Baru lapor setelah ada masalah," demikian Muhammad Indra.

JAKARTA 26 JANUARI 2008

Pollycarpus Akhirnya Diboyong ke LP Cipinang

Terdakwa pembunuh aktivis Munir, Pollycarpus akhirnya dijemput tim eksekutor yang terdiri dari Pengadilan Negeri Tangerang, Kejaksaan Negeri Jakarta Pusat dan Kejaksaan Agung untuk menjalani tahanan di LP Cipinang, Jakarta pada Jumat (25/1) malam sekitar pukul 22.30 WIB.

Pollycarpus yang sudah divonis Mahkamah Agung (MA) dengan hukuman penjara 20 tahun tersebut dijemput tim eksekutor di tempat kediamannya di Perumahan Pamulang Permai Blok 1 No. 1, Pamulang, Kabupaten Tangerang, Banten, namun awalnya terdakwa menolak untuk dibawa ke LP Cipinang.

"Pasalnya saya tidak menerima dikonfirmasi oleh MA baik secara lisan maupun tulisan tentang vonis hukuman yang dijatuhkan," kata Pollycarpus sebelum dijemput paksa tim eksekutor.


Saat dijemput tim eksekutor, Pollycarpus yang mengenakan kemeja lengan panjang warna biru dan celana bahan tersebut sempat menolak dengan alasan putusan MA dinilai tidak adil. Selain itu, terdakwa menilai dirinya hanya sebagai korban ketidakadilan proses penegakan hukum di Indonesia.

Sebelum membawa Pollycarpus ke LP Cipinang, tim eksekutor dari Pengadilan Negerai Tangerang sempat membacakan Berita Acara Perkara (BAP) yang disaksikan petugas Kejaksaan Negeri Jakarta Pusat dan Kejaksaan Agung.

Setelah pembacaan BAP, akhirnya Pollycarpus bersedia untuk dibawa ke LP Cipinang didampingi istrinya, Yosevin Iswandani dengan menggunakan kendaraan pribadinya.

Saat meninggalkan rumahnya, Pollycarpus sempat mengibarkan bendera merah-putih dan berteriak "Negara Kesatuan Republik Indonesia".

Sementara itu pengacara terdakwa, Muhammad Assegaf tidak nampak saat pelaksanaan proses eksekusi di kediaman Pollycarpus.

JAKARTA 26 JANUARI 2008

Mabes TNI Belum Tetapkan Pilot Baru Sukhoi

Markas Besar TNI Angkatan Udara (TNI-AU) hingga kini belum menetapkan delapan calon pilot baru pesewat tempur Sukhoi, yang diajukan Skadron Udara II Pangkalan Udara (Lanud) Hassanudin, penaung Su-27/30 Flanker.

"Belum, masih dipertimbangkan," kata Asisten Operasi (Asops) Kasau Marsekal Muda Eddy Hardjoko ketika dikonfirmasi ANTARA di Jakarta, Sabtu.

Eddy Hardjojo mengatakan, pihaknya sedang melakukan seleksi untuk menetapkan calon-calon pilot pesawat jet tempur buatan Rusia tersebut.

"Jadi belum yaa...kita tetap dapat segera memenuhi, begitu dua pesawat Sukhoi baru tiba di Indonesia," ujar Eddy. Komandan Skadron 11 Lanud Hassanudin Letkol Pnb Andi Kustoro mengatakan, pihaknya mengajukan delapan penerbang baru Sukhoi kepada Mabes TNI AU.

"Kedelapan penerbang itu, akan dipilih lulusan Akademi Angkatan Udara (AAU) 1994 hingga 2001. Setiap angkatan mendapat jatah satu orang," katanya.

Andi menambahkan, mereka yang direkrut minimal sudah mengantongi 300 jm terbang 'on type' di pesawat tempur satuannya. Selanjutnya, ke delapan pilot baru itu akan dikirim ke Rusia untuk 'ground school' selama 1,5 bulan.

Program penambahan pesawat tempur Sukhoi telah dicanangkan dalam Program Pengembangan Kekuatan (Probangkuat) TNI AU 2005-2009. Untuk kebutuhan pesawat tempur sergap, TNI AU memprioritaskan pengadaan Sukhoi hingga satu skadron, lengkap dengan persenjataannya dalam dua tahun kedepan.

Pada Tahun Anggaran (TA) 2005 telah dialokasikan dana 310 juta dolar AS untuk pengadaan enam pesawat Sukhoi dan pada TA 2006 telah dialokasikan dana sebesar 356,7 juta dolar untuk enam lainnya.

Pengadaan enam Sukhoi baru itu akan dilakukan bertahap mulai 2007 hingga 2009.

WASSALAM





Rachmad
Independent
rbacakoran at yahoo dot com

www.rachmadindependent.blogspot.com
www.news-independent.blogspot.com