Saturday, January 5, 2008

2 JANUARI 2008

JAKARTA 2 JANUARI 2008

Pengamat: Pola Inflasi yang Tinggi akibat Faktor Musiman

Pengamat ekonomi Tony A Prasetiantono mengatakan pola inflasi yang masih tinggi yaitu 6,59 persen terutama diakibatkan oleh faktor musiman.

"Faktor musiman masih menjadi masalah utama, sedangkan sisi moneter jika kita lihat, meski BI telah menurunkan suku bunga acuannya namun tidak banyak berdampak terhadap kenaikan inflasi," katanya.

Ini menurut dia terlihat dari inflasi yang tinggi setiap terjadinya hari-hari besar dan tahun ajaran baru. Ia mengatakan, pola ini mirip dengan inflasi tahun 2006 yang mencapai 6,6 persen.

"Jadi pola ini masih sama, kegiatan-kegiatan hari besar dan tahun ajaran baru masih menjadi kendala utama karena pemerintah kurang optimal dalam distribusi pada hari tersebut."

Selain itu, ia menambahkan faktor inflasi juga dipengaruhi oleh distribusi yang terhambat bencana alam seperti banjir.

Sementara itu, januari 2008, inflasi juga diperkirakan masih tetap tinggi. "Ini karena faktor iklim yang kurang baik," katanya.

Ia mengatakan, adanya beberapa daerah yang terkena banjir akan mempengaruhi pasokan terutama bahan makanan.
"Banjir yang melanda selain akan menghambat distribusi juga mengakibatkan pasokan berkurang untuk bahan makanan karena adanya sawah-sawah yang terendam."

Untuk itu, menurut dia, pemerintah diharpakan lebih mengantisipasi masalah pasokan terutam untuk hari-hari besar. "Sedangkan untuk masalah iklim memang ada kesulitan, tapi untuk hari-hari besar dan tahun ajaran baru masih dapat dipersiapkan lebih dulu," katanya.

Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan, Rabu, realisasi inflasi pada 2007 sebesar 6,59 persen, sementara inflasi bulan Desember sendiri 1,10 persen.

Angka ini berada di atas target inflasi pemerintah dalam APBNP 2007 yaitu 6 persen, namun sesuai dengan target BI yaitu 6 plus minus 1 persen, kata Deputi BPS Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Ali Rosidi di Jakarta.

Menurut dia, tingginya inflasi pada Desember didorong oleh kenaikan harga-harga pada sektor bahan makanan sebesar 2,47 persen.



Bank Asing yang Masuk Bisnis Syariah tak Perlu Dibatasi

Bank asing yang telah memasuki pasar bank syariah di Indonesia saat ini masih belum mengkhawatirkan sehingga tak perlu dibatasi.

"Bank asing yang masuk dalam binis syariah belum perlu dibatasi," kata Direktur Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia Ramzi A Zuhdi, di Jakarta, Rabu (2/1).

Menurut Ramzi, pihaknya saat ini tengah terus memacu akselerasi perbankan syariah. Hal ini karena tahun 2007 target percepatan BI untuk bank syariah meleset.

Ia menambahkan, meskipun demikian pihaknya terus memantau bank-bank syariah asing di Indonesia.

Direktur Bank Muamalat Indonesia U Saefudin Noer mengatakan, menyambut baik semakin banyaknya bank asing yang masuk ke syariah.

"Kita menyambut baik, industri syariah memiliki karakter mendukung sektor riil sehingga semakin besar bank yang masuk ke syariah maka semakin besar dukungan terhadap sektor riil," katanya. Hal ini, tambahnya, akan mendukung pembangunan ekonomi secara nasional.

Selain itu, menurut dia, di era global saat ini tidak ada pembatasan bagi setiap pengusaha untuk berusaha. "Jadi siapa saja bisa masuk ke pasar syariah," katanya.

Di sisi lain, saat ini pasar syariah masih sangat besar dan belum tergarap optimal. "Pangsa pasar syariah baru 1,7 persen dari total pangsa pasar total perbankan, ini masih sangat kecil," katanya.

Dengan demikian, menurut dia ,masuknya perbankan asing ke syariah akan mendorong percepatan pertumbuhan perbankan syariah.

Pengamat ekonomi syariah Syakir Sula mengatakan, peekembangan perbankan asing di binis syariah tidak perlu di hambat.

"Tidak perlu ada hambatan bagi mereka (bank asing) untuk mengembangkan binis syariahnya di Indonesia. Karena ini akan memacu bank dalam negeri untuk persaingan yang kompetitif," katanya.

Menurut Syakir, bank asing yang masuk ke syariah serius untuk mengembangkan binisinya. "Mereka tidak main-main, dan serius. Biasanya masuk ke suatu pasar setelah melakukan riset yang mendalam."

Selain itu, menurut dia bank asing seringkali membawa dana yang besar, dan teknologi yang lebih baik. "Mereka juga melaksankan dengan profesional," katanya.

Ia menambahkan, penegakan aturan sebaiknya justru lebih terkait pada produk syariah yang ditawarkan. "Apakah produk tersebut telah benar-benar sesuai dengan prisip-prinsip syaria, nah itu lebih penting."

Saat ini beberapa bank asing telah membuka kantor cabangnya dan pelayanan bank syariah seperti HSBC. Beberapa bank lainnya diperkirakan akan mulai beroperasi tahun 2008 ini, seperti Asian Finance Bank dan ABN Amro.


BPS: Inflasi 2007, 6,59 Persen

Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan, Rabu (2/1), realisasi inflasi pada 2007 sebesar 6,59 persen, sementara inflasi bulan Desember sendiri 1,10 persen.

Angka ini berada di atas target inflasi pemerintah dalam APBNP 2007 yaitu 6 persen, namun sesuai dengan target BI yaitu 6 plus minus 1 persen, kata Deputi BPS Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Ali Rosidi di Jakarta.

Menurut dia, tingginya inflasi pada Desember didorong oleh kenaikan harga-harga pada sektor bahan makanan sebesar 2,47 persen.


Peningkatan APBN 2008 Harus Dorong Sektor Riil

Ketua DPR RI Agung Laksono mengatakan, peningkatan total alokasi belanja Anggaran Pendapatan dan belanja Negara (APBN) 2008 sebesar 13,2 persen dibandingkan APBN 2007 harus mampu mendorong kemajuan sektor ekonomi riil.

"Saya berharap yang penting bisa mendorong sektor ekonomi riil. Meskipun kenaikan cukup besar, tapi nyatanya selama ini sektor ekonomi riil belum banyak bergerak," katanya menjawab pertanyaan wartawan usai menghadiri acara penyerahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) di Istana Negara Jakarta, Rabu (2/1).

Menurut Agung, peningkatan anggaran 2008 akan memiliki arti apabila sektor riil dapat berjalan dengan baik. Namun, jika ternyata sektor rill kurang banyak bergerak maka penyerapan anggaran harus diupayakan secara maksimum. "Jangan sampai penyerapan anggaran rendah seperti pada waktu-waktu sebelumnya," katanya.

Agung juga berpendapat bahwa hal prioritas yang harus dilakukan pemerintah dengan adanya peningkatan anggaran adalah melaksanakan program-program pembangunan yang memberi dampak pada penciptaan lapangan pekerjaan dan pengembangan ekonomi kerakyatan.

"Jangan ada korupsi-korupsi lagi-lah. dan itu diharapkan semua laporan keuangannya baik," katanya.

Dalam acara itu Presiden menyerahkan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) 2008 kepada para menteri/ketua lembaga negara selaku pengguna anggaran, Menkeu sebagai Bendahara Umum Negara dan semua gubernur.

Acara penyerahan DIPA ini berbeda dari tahun-tahun sebelumnya karena diserahkan langsung oleh Presiden kepada Gubernur. Sebelumnya DIPA untuk daerah diserahkan kepada para menteri atau pimpinan lembaga negara mewakili presiden kepada para Gubernur di Ibukota Provinsi.

DIPA yang diserahkan langsung oleh presiden meliputi DIPA sektoral untuk instansi pusat dan daerah kementerian negara/lembaga sebanyak 6.072 dengan nilai Rp 275,1 triliun,

DIPA tugas pembantuan untuk satuan kerja perangkat daerah (SKPD) propinsi/kabupaten/kota sebanyak 5.347 DIPA dengan nilail Rp 11,8 triliun dan DIPA dekonsentrasi sebanyak 1.909 DIPA dengan nilai Rp 24,9 triliun.

Total alokasi belanja APBN 2008 senilai Rp 854,6 triliun atau naik 13,2 persen dibanding APBN 2007 Rp 755,3 triliun. Jumlah itu terbagi atas anggaran belanja pemerintah pusat Rp 573,4 triliun dan anggaran untuk daerah Rp 281,2 triliun.

Dari alokasi anggaran belanja pemerintah pusat, belanja pegawai Rp 128,3 triliun, belanja barang Rp 69,4 triliun, belanja modal Rp 95,4 triliun, bantuan sosial Rp 66,2 triliun dan pembayaran bunga utang, subsidi dan belanja lain-lain Rp 214,1 triliun.

Anggaran untuk daerah terbagi atas dana perimbangan sebesar Rp 266,8 triliun dan dana otonomi khusus dan penyesuaian sebesar Rp 14,4 triliun.

Sementara itu, APBN 2008 juga mengalokasikan dana dalam jumlah signifikan kepada lima departemen/lembaga yakni Departemen Pendidikan Nasional sebesar Rp 49,7 triliun, Departemen Pertahanan Rp 36,4 triliun, Departemen Pekerjaan Umum Rp 36,1 triliun, Polri Rp 23,3 triliun, dan Departemen Kesehatan Rp 19,7 triliun.


Pasutri Jerman, Wisatawan Pertama 2008
Pasangan suami-istri asal Jerman, Frachon Bernard Michel dan istrinya, Jennifer Franchon Bernard menjadi wisatawan asing pertama yang tiba di Indonesia pada awal 2008. Keduanya mendapatkan pengalungan bunga kehormatan dari pengelola Bandara Soekarno-Hatta (BSH), PT Angkasa Pura (AP) II.

"Keduanya mendapatkan apresiasi dari Pemerintah Indonesia karena tercatat sebagai turis pertama yang datang ke Indonesia pada tahun 2008," kata Kepala Cabang PT AP II BSH Haryanto usai memberikan pengalungan bunga, di Tangerang, Banten, Selasa.

Hadir dalam acara penyambutan kehormatan pengalungan bunga tersebut, di antaranya Direktur Utama PT AP II, Eddy Haryoto dan Kepala Kantor Administrator BSH Herry Bakti yang juga memberikan pengalungan serta beberapa pejabat Departemen Perhubungan dan instansi terkait lainnya.

Catatan PT AP II BSH, Franchon Bernard Michel dan istrinya menumpang Pesawat Singapore Airlines nomor penerbangan SQ-0956 jurusan Singapura-Jakarta dan menempati nomor duduk 33-AB dengan total jumlah penumpang sebanyak 256 orang.

Setibanya di Bandara Internasional tersebut sekitar pukul 10.30 WIB, kedua WNA asal Jerman tersebut disambut tarian Jaipongan khas Jawa Barat .

Selain mendapatkan pengalungan bunga dan atribut PT AP II, keduanya mendapatkan baju batik khas Indonesia serta mendapatkan prioritas pelayanan pengurusan visa sebagai turis pertama dari pengelola bandara.

Direktur Utama PT AP II, Edi Haryoto mengatakan, pengalungan bunga dalam rangka mendukung langkah Pemerintah Indonesia yang menjalankan program "Visit Indonesian Year 2008" sebagai upaya mendatangkan wisatawan asing sebanyak-banyak.

"Dengan demikian, keuntungan Indonesia mendapatkan citra yang baik di mata negara lain dan menarik minat wisatawan untuk berkunjung ke Indonesia," kata Eddy Haryoto.

Sementara itu, Franchon Bernard mengungkapkan sangat terkejut atas pengalungan bunga tersebut, karena sebelumnya tidak menyangka akan mendapatkan sambutan penghormatan sebagai wisatawan pertama yang berkunjung ke Indonesia pada awal tahun 2008.

Bernard mengatakan, bersama istrinya berkunjung ke Indonesia dalam rangka mengisi liburan selama dua minggu, rencananya tinggal di Jakarta selama satu minggu dan sisanya akan berlibur ke daerah Bali dan Lombok, karena kedua tempat tersebut menjadi lokasi yang paling disukai di Indonesia.