Thursday, January 24, 2008

BIOFUEL DORONG HARGA PANGAN DUNIA MELONJAK NAIK

JAKARTA 23 JANUARI 2008

Biofuel Dorong Harga Pangan Dunia Melonjak Naik


Harga sejumlah bahan pangan yang bisa dimanfaatkan menjadi bahan baku biofuel (bahan bakar nabati/BBN) seperti tebu dan singkong, bakal ikut melambung naik, menyusul minyak sawit dan jagung yang sudah lebih dulu melonjak.

"Ini memang mengkhawatirkan. Pengembangan biofuel di berbagai negara yang mulai marak pada tahun terakhir ini akhirnya memberi dampak pada kenaikan harga bahan pangan dunia," kata Direktur Pengembangan Sumber Daya Energi BPPT, Dr Unggul Priyanto di Jakarta, Rabu (23/1).

Imbasnya bahkan juga terhadap harga bahan pangan lain seperti harga kedelai dengan kenaikan hingga 200 persen karena para petani kedelai AS ramai-ramai beralih menanam jagung yang lebih menguntungkan. Produksi jagung AS digenjot untuk menutupi kebutuhan akan bioethanol (BBN subtitusi bensin), ujarnya.


Ia mengakui, kedelai memang bisa dijadikan bioethanol namun tidak bagus karena hanya mampu menghasilkan sedikit alkohol, sehingga tak menguntungkan.

"Kenaikan harga pangan yang juga bahan baku biofuel dalam negeri ini selalu merupakan imbas dari luar, pasar dunia," katanya.

Sedangkan harga jagung di pasar internasional (impor dari AS) selama ini sudah naik menjadi sekitar Rp 2.500-Rp 2.800 per kg, dan diperkirakan bakal naik lagi 20-30 persen mencapai Rp 3.000 per kg.

Jagung, menurut dia, paling bagus dibuat sebagai bioethanol karena meskipun produktivitas jagung hanya delapan ton per hektare tetapi bisa diubah menjadi bioethanol yang cukup banyak sehingga ongkos produksinya kecil dan cukup menguntungkan.

"Bahan pangan yang juga cukup bagus dijadikan bioethanol setelah jagung adalah tebu dan singkong, sehingga harga kedua bahan pangan ini dipastikan juga bakal naik," ujarnya.

Sementara itu, harga minyak sawit di pasar dunia yang juga sudah naik sejak tahun lalu dan kini naik lagi menjadi menjadi sekitar 1.000 dollar AS per ton, diakuinya sebagai imbas dikembangkannya biodiesel (BBN subtitusi solar) di seluruh dunia.

Bahan baku lain yang cukup baik untuk biodiesel adalah jarak pagar, khususnya karena tak akan mengganggu harga pangan. Sayangnya, masih terkendala pada bibit yang produktivitasnya bisa memberi keuntungan bagi petani, ujarnya.

"Pencarian bibit unggulnya masih terus diriset. Jika dibanding sawit yang sudah mapan karena sudah diperkebunkan secara massal sejak bertahun-tahun lalu tentu masih kalah," katanya.



WASSALAM
Rachmad
Independent
rbacakoran at yahoo dot com

www.rachmadindependent.blogspot.com