Thursday, January 24, 2008

KOMITMEN BERSAMA MEMERANGI PENYAKIT SUSILA

JAKARTA 23 JANUARI 2008

Komitmen Bersama Memerangi Penyakit Susila


Mandulnya implementasi peraturan daerah (Perda) tentang pelarangan perbuatan asusila di Kabupaten Bekasi membuat sejumlah instansi terkait di wilayah tersebut menyatakan sikap. Sikap tersebut tertuang dalam penandatanganan komitmen bersama untuk penanggulangan penyakit susila di wilayah Kabupaten Bekasi, Selasa (22/1). Acara penandatanganan komitmen bersama ini juga diikuti oleh Bupati Bekasi, Sa'aduddin.
Dalam surat pernyataannya disebutkan bahwa menyebarnya penyakit susila di Kabupaten Bekasi telah mengkhawatirkan dan mengganggu kehidupan bermasyarakat serta ketenangan dalam menjalankan agama. Namun usaha pemerintah dalam menanggulangi penyakit susila tersebut tidak akan berhasil tanpa dukungan dan kerja sama dari seluruh lapisan masyarakat. "....untuk itu kami dari berbagai komponen masyarakat Kabupaten Bekasi menyatakan komitmen bersama untuk menanggulangi penyakit susila tersebut secara maksimal dengan pendekatan yang edukatif, tegas, komprehensif, sistemik dan konsisten..........,'' demikian penggalan bunyi komitmen bersama itu.
Sa'duddin mengakui bahwa penerapan Perda No. 10 tahun 2002 tentang pelarangan prostitusi di Kabupaten Bekasi memang belum optimal. Dan kondisi prostitusi di wilayahnya lanjut dia sudah sangat mengkhawatirkan. Dari hasil penertiban yang dilakukan aparatnya selama ini banyak PSK yang terjaring berusia belasan tahun. Namun Sa'duddin berkilah bahwa persoalan susila semacam ini bukan persoalan pemerintah daerah semata. "Ini menjadi persoalan seluruh elemen, alim ulama, tokoh masyarakat serta kaum cendekiawan," kata dia. Untuk itulah komitmen bersama ini menurut Sa'duddin bisa menjadi titik tolak terencananya model penanggulangan masalah susila di Kabupaten Bekasi.
Sementara itu sebagai salah satu solusinya, Pemkab Bekasi kata dia, akan membangun Balai Latihan Kerja untuk para PSK. Hal ini mengingat faktor utama maraknya pekerja seks komersil (PSK) tersebut karena masalah kemiskinan. Di mata Sekretaris Umum ICMI Kabupaten Bekasi, Syafrudin Jaluma, penanggulangan masalah susila di Kabupaten Bekasi kurang berhasil karena dilakukan secara parsial oleh masing-masing kelompok masyarakat. "Hasilnya kurang maksimal," nilai Syafrudin.
Untuk itu, lanjutnya, komitmen bersama ini kata dia bisa menjadi landasan untuk melakukan pemberantasan masalah susila dengan dilakukan secara bersama-sama. "Memang untuk menangani masalah ini kita harus action bersama- sama," tandas Safrudin.
Dalam kesempatan yang sama, Novan Andri Purwansjah, Manajer Program LSM Mitra Sehati Bekasi yang selama ini concern terhadap permasalahan susila di Bekasi mengungkapkan, hasil pendataan lembaganya saat ini di Kabupaten Bekasi ada sekitar 4.000 tenaga PSK. Baik PSK secara langsung maupun tidak langsung. "Sebanyak 20 persennya merupakan warga Bekasi asli," kata Novan.
Sedangkan sisanya lanjut dia berasal dari wilayah Subang, Indramayu serta wilayah yang ada di Jawa Tengah. Yang mengkhawatirkan lanjut dia dari hasil visite yang dilakukan lembaganya terhadap 60 sampel darah PSK, empat hingga enam orang di antaranya positif mengidap HIV. "Paling tidak empat hingga enam persen PSK di Kabupaten Bekasi positif HIV," tandas dia.


WASSALAM

Rachmad
Independent
rbacakoran at yahoo dot com

www.rachmadindependent.blogspot.com
www.news-independent.blogspot.com